Terjemahan yang Berlaku Español فارسی Français پښتو Русский 中文 English Türkçe عربي

AL-A'LĀ AL-'ALIY AL-MUTA'ĀL ﷻ

Ketika musibah terjadi, bencana turun, dan petaka menerpa, hati akan tertuju kepada Tuhan Yang Mahatinggi, tangan terangkat kepada Tuhan Yang Mahatinggi, dan mata memandang ke langit menunggu pertolongan dari Allah Yang Mahatinggi.

Tuhan kita ﷻ ialah Al-A'lā, Al-'Aliy, dan Al-Muta'āl. Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, "Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." [QS. Al-Baqarah: 255] Allah juga berfirman, "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi." [QS. Al-A'lā: 1] Allah -Subhānahu wa Ta'āla- juga berfirman, "(Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Mahabesar lagi Mahatinggi." [QS. Ar-Ra'd: 9]

Tuhan kita Yang Mahatinggi tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya, bagi-Nya ketinggian yang mutlak dari semua sisi:

1- Ketinggian zat-Nya; yaitu Dia bersemayam di atas Arasy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya, tinggi di atas semua makhluk: “(Allah) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arasy.” [QS. Ṭāhā: 5]

2- Ketinggian kedudukan; yaitu Dia pemilik kedudukan yang besar, sifat-sifat-Nya adalah sifat-sifat kesempurnaan, keindahan, dan kemuliaan, tidak ada sifat satu makhluk-Nya yang mendekati maupun menyamai sifat-sifat-Nya, bahkan seluruh hamba tidak mampu menguasai ilmu satu sifat saja di antara sifat-sifat-Nya: "Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya." [QS. Ṭāhā: 110]

3- Ketinggian kekuasaan; yaitu Dia menguasai segala sesuatu, seluruh makhluk tunduk kepada-Nya, semua berada di bawah kekuasaan, kerajaan, dan keagungan-Nya: "Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya." [QS. Al-An'ām: 18]

Dia tinggi di atas langit di atas Arasy

jauh dari semua makhluk, yang disifati

dengan semua sifat-sifat-Nya yang tinggi nan sempurna

Ini tidak ada kesamaran padanya, segala puji bagi Allah.

Di Mana Allah?

Diriwayatkan dalam Ṣaḥīḥ Muslim dari sahabat yang mulia, Mu'āwiyah bin Al-Ḥakam As-Sulamiy -raḍiyallāhu 'anhu-, dia mengisahkan: Aku memiliki seorang budak perempuan yang menggembala kambing milikku di area Uhud. Suatu hari saya naik, ternyata serigala mengambil satu ekor kambing gembalaannya, sedangkan saya sama seperti manusia lainnya, dapat marah sebagaimana mereka marah. Saya pun memukulnya dengan keras.

Lantas saya datang menemui Rasulullah ﷺ dan beliau menganggap tindakan saya itu sebagai kejahatan yang besar. Saya berkata, "Wahai Rasulullah! Bolehkah aku memerdekakannya?" Beliau bersabda, "Bawa ia kepadaku." Saya pun menghadirkannya kepada beliau, lalu beliau bertanya, "Di manakah Allah?" Dia menjawab, "Di langit." Beliau bertanya lagi, "Siapa aku?" Dia menjawab, "Engkau utusan Allah." Beliau bersabda, "Merdekakanlah dia. Sungguh dia beriman."

Makna Allah berada di langit yaitu di ketinggian di atas langit. Kata (في) memiliki makna (على), sebagaimana firman Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-: "Sungguh, akan aku salib kamu di atas pangkal pohon kurma.” [QS. Ṭāhā: 71] Jangan disangka bahwa langit meliputi Allah karena Allah jauh lebih agung dari diliputi sesuatu di antara makhluk-Nya.

Pembaca budiman! Saya berhenti di sini sejenak. Saya katakan, apakah boleh menyifati Allah ﷻ dengan kebalikan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, seperti mengatakan Allah ada di semua tempat?

Syekh Islam Ibnu Taimiyyah -raḥimahullāh- berkata dalam Majmū' al-Fatāwā, "Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah menetapkan sifat tinggi bagi diri-Nya. Ini merupakan sifat pujian dan pengagungan bagi-Nya karena merupakan sifat kesempurnaan, sebagaimana Dia telah memuji diri-Nya bahwa Dia Mahaagung, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahalembut, dan lain sebagainya, dan bahwa Dia Mahahidup yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, serta makna nama-nama-Nya yang indah lainnya.

Sebab itu, Dia tidak mungkin memiliki sifat-sifat yang merupakan kebalikannya. Tidak boleh Allah disifati dengan kebalikan sifat tinggi, yaitu rendah. Tidak pula kebalikan sifat kuat, yaitu lemah.

Bahkan, Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- disucikan dari sifat-sifat kekurangan tersebut yang kontradiksi dengan sifat-sifat kesempurnaan yang telah tetap bagi-Nya."

Demikianlah, di antara tauhid mereka ialah menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Tuhan kita Yang Maha Pengasih Seperti sifat tinggi-Nya Yang Mahasuci di atas langit yang tinggi, bahkan di atas semua tempat.

Dialah Yang Mahatinggi dengan zat-Nya Yang Mahasuci, tidak mungkin menjelaskan kebalikannya. Dialah yang bersemayam di atas Arasy-Nya dengan sebenarnya, Dialah yang mengatur alam semesta.

Allah ﷻ berfirman, "Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy." [QS. Al-A'rāf: 58]

Allah ﷻ juga menyebutkan di dalam Kitab-Nya tentang turunnya Jibril dan malaikat lainnya, "Pada malam itu, turun para malaikat dan Rūh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan." [QS. Al-Qadr: 4] Turun ini tentunya tidak terjadi kecuali dari ketinggian.

Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- juga menyebutkan bahwa para malaikat naik kepada-Nya, "Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun." [QS. Al-Ma'ārij: 4]

Sebagaimana Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- juga menyebutkan bahwa amal saleh dan ucapan yang baik naik (terangkat) kepada-Nya, "Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya." [QS. Fāṭir: 10]

Lalu, kepada siapa amal-amal itu diangkat (dinaikkan)?

Bila Tuhan kita -Subḥānahu wa Ta'ālā- di semua tempat, bagaimana harus memahami makna kata turun itu? Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.

Tuhan kita ﷻ Mahasuci dari keserupaan dan tandingan.

Tuhan kita ﷻ Mahasuci dari kepemilikan istri dan anak: "Sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak." [QS. Al-Jinn: 3]

Tuhan kita ﷻ Mahasuci dari sekutu dalam hak peribadatan: "Ketika Allah mengaruniakan kepada mereka seorang anak laki-laki yang sempurna (wujudnya), maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terkait (anak) yang dikaruniakan kepada mereka, Mahasuci Allah dari perbuatan syirik mereka." [QS. Al-A'rāf: 190]

Jalan terbaik...

Siapa yang memahami makna ketiga nama Allah: "Al-'Aliy, Al-A'lā, Al-Muta'āliy", maka akan memahami bahwa Allah ﷻ Mahatinggi dengan sifat-sifat kesempurnaan, Mahatinggi dari sifat-sifat kekurangan, dan Mahatinggi dari makhluk-Nya.

Siapa yang memenuhi hak kesaksiannya ini secara pengetahun dan ibadahnya kepada Allah, maka dia akan merasa cukup dengan Allah dan akan menggapai kemuliaan. "Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." [QS. Maryam: 57]

Kedudukan tinggi di dunia dan akhirat dapat diraih dengan:

1- Iman. "Barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia)" [QS. Ṭāhā: 75]

2- Ilmu. "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." [QS. Al-Mujādilah: 11]

2- Tawaduk. Diriwayatkan secara sahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Tidaklah seseorang tawaduk karena Allah kecuali dia akan diangkat oleh Allah." [HR. Muslim]

Tatkala salah seorang sahabat -raḍiyallāhu 'anhu- meminta untuk membersamai Nabi ﷺ di surga, beliau bersabda kepadanya, "Bantu aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." [HR. Muslim] Sedangkan zikir dalam sujud ialah: "Subḥāna rabbiyal-a'lā (Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi)". Allah ﷻ juga berfirman, "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi." [QS. Al-A'lā: 1]

Sebagian ulama memberikan alasan kenapa doa ini dibaca di dalam sujud, bahwa sujud adalah puncak perendahan diri seorang hamba kepada Allah ﷻ dengan anggota tubuh paling mulia pada dirinya, yaitu wajahnya, dengan meletakkannya pada tanah, sehingga sangat tepat ketika dia berada di puncak kerendahannya untuk menyifati Tuhannya sebagai "Mahatinggi".

Oleh karena itu, ketika keadaan seorang hamba pada posisi itu, maka keadaan itu adalah yang paling dekat kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Nabi ﷺ bersabda, "Posisi terdekat seorang hamba dari Tuhannya ialah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya." [HR. Muslim]

Cita-cita yang Tersampaikan ...

Setelah engkau mengetahui bahwa bumi diatur oleh Allah Yang Mahatinggi ﷻ, yang di tangan-Nya kerajaan langit dan bumi, maka wahai orang yang sakit! Yang Maha Menyembuhkan ada di langit. Wahai orang yang fakir! Yang Mahakaya ada di langit. Wahai orang yang bersedih! Yang Maha Penghibur ada di langit. Wahai orang yang mandul! Yang Maha Pemberi ada di langit. Wahai orang yang berhutang! Yang Maha Memberi rezeki ada di langit. Wahai orang yang gundah! Yang Maha Penolong ada di langit ...

Tengadahkanlah hati dan wajahmu ke langit. Berdoalah kepada Yang Mahatinggi, lalu tunggulah kabar gembira yang menenangkan hatimu. Sungguh, engkau telah diberi kabar gembira dari atas tujuh langit melalui firman-Nya: "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku Mahadekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." [QS. Al-Baqarah: 186]

Bagi-Mu segala puji, wahai pemilik kebaikan, kemuliaan, dan ketinggian,

Mahasuci Engkau, Engkau memberi dan menghalangi siapa yang Engkau kehendaki.

Tuhanku, kalaupun kesalahanku besar dan banyak,

sungguh maaf-Mu terhadap dosaku lebih besar dan lebih luas.

Tuhanku, Engkau melihat keadaan, kebutuhan, dan kemiskinanku,

pun Engkau mendengar panggilanku yang samar.

Tuhanku, bila Engkau menghalangi atau mengusirku,

lantas siapa yang dapat kuharap dan siapa pula penolongku?

Ya Allah! Kami memohon kepada-Mu dengan nama-Mu, Al-A'lā (Yang Mahatinggi), agar Engkau mengangkat kedudukan kami di dunia dan akhirat.